Selamat datang para pengunjung situs PONPES AL-ISHLAHUL MA'Arif, Sama jaya, Kediri, Lombok barat, NTB

Selasa, 04 Mei 2010

Sabarlah

Sabar adalah setengah dari iman. Sementara setengahnya lagi adalah rasa syukur yang dipanjatkan atas karunia Tuhan. Siapa orang yang mampu memadukan dan menggabungkan sabar dan syukur, maka dia telah menggenggam kebahagiaan sejati dalam hidupnya. Ia akan damai dan tenang untuk hidup dimana saja, sebab ia telah mendapatkan keridhaan Allah Ta’ala.

Siapa yang tidak bersyukur atas nikmat-Ku. Tidak bersabar atas ujian-Ku. Tidak mau menerima ketetapan-Ku, maka keluarlah dari bawah langit-Ku dan carilah Tuhan selain Aku! Hadits Qudsi

Nabi Saw mendefinisikan kesabaran sebagai cahaya. Ash Shabru Dhiyaa’ demikian beliau Saw sabdakan. Kesabaran adalah cahaya yang menerangi manusia dalam kegelapan. Kegelapan musibah yang mengguncang batin dan jiwa. Kegelapan dalam menempuh jalan kebenaran yang belum tertuntaskan. Itu semua dapat diterangi oleh cahaya kesabaran yang dapat menuntun manusia untuk keluar dari lorong kegelapan.

Sementara para ahli ma’rifat mendefinisikan kesabaran sebagai: “Menahan diri dari kebencian, menjaga lisan dari keluhan, menjaga anggota tubuh dari perbuatan merusak.”

Banyak manusia yang tak kuasa menahan keluh-kesah saat tertimpa musibah. Keluh-kesah itu muncul sebagai tanda ketidak-kuasaan jiwa. Suatu saat pernah Rasulullah Saw melintasi sebuah pekuburan. Beliau dapati di sana ada seorang perempuan yang sedang menangis terpekur dekat sebuah kubur. Melihat hal itu, Rasulullah Saw berujar kepadanya, “Bertaqwalah dan bersabarlah..., wahai saudariku!” Mendengar hal itu sang perempuan menjawab, “Tak usah kau pedulikan aku! Engkau belum pernah merasakan musibah seperti apa yang ku alami kini...!

Perempuan itu tidak mengenali sumber suara yang menyapanya. Hingga ada orang yang menyampaikan kepadanya bahwa sesungguhnya pria tersebut adalah Nabi Muhammad Saw.

Perempuan itu pun datang ke rumah Nabi Saw. Ia hendak menyampaikan penyesalan karena telah berkata kasar kepada beliau. Hingga tiba ia di sana, maka perempuan itu menyatakan, “Maafkan aku baginda... Aku telah berkata kasar kepada baginda sebab aku tidak mengetahui dirimu saat memberiku nasehat. Aku begitu sedih sebab kematian anak yang aku cintai.... maafkan aku!”

Rasulullah Saw kemudian menasehati perempuan itu dengan sabdanya, “Kesabaran sejati itu akan muncul saat pukulan pertama kejadian!” Hadits Muttafaqun Alaihi.

Siapa yang bersabar, maka jiwanya tidak akan terguncang. Orang yang mengerti hakikat kesabaran, maka akan selalu bersikap tenang. Tidak pernah berkeluh-kesah, apalagi menyerah. Semua permasalahan dikembalikan kepada Allah Swt Tuhan Penguasa alam.

Al Hasan mengatakan bahwa kesabaran adalah sebuah perbendaharaan yang ada di gudang kebaikan. Tidak Allah Swt berikan kecuali kepada hamba yang Dia cintai.


Ganjaran bagi Orang-Orang yang Sabar

Dalam kitab Jawa’iz As Samaa karya DR. Majeed Ramadhan cetakan Dal Al Manaar Al Haditsah disebutkan bahwa sedikitnya kesabaran akan mendatangkan 8 manfaat bagi orang yang memilikinya. Ragam manfaat kesabaran itu antara lain:

1. Kebersamaan Allah

Hal ini sebagaimana yang Allah Swt janjikan di dalam firman-Nya:

“Hai orang-orang yang beriman jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. 2:153)

“Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. 8:46)

Seorang ulama bernama Abu Ali Ad Daqaaq menyatakan, “Orang-orang yang mampu bersabar telah mendapatkan kemuliaan hidup di dunia dan akhirat. Sebab mereka telah mendapatkan kebersamaan hidup dengan Allah Swt”

Pahala atau balasan mana yang lebih hebat dan dapat mengalahkan kebersamaan hidup dengan Allah Sang Maha Pencipta? Inilah balasan teragung yang akan diterima oleh makhluk Tuhan semesta.


2. Kesabaran Dapat Menghasilkan Balasan Tanpa Batas

“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala tanpa batas.” (QS. 39:10)

Bila malaikat pencatat kebaikan akan membalas amal yang dilakukan manusia mulai dari 10 kali lipat hingga 700. Maka balasan yang akan diterima oleh orang yang bersabar dari Allah Swt adalah begitu banyak dan tanpa batas. Bukankah ini berita gembira yang disampaikan kepada kita semua, wahai saudaraku?


3. Meraih Kecintaan Allah

“Dan berapa banyak nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertaqwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah mencintai orang-orang yang sabar.” (QS. 3:146)


4. Cara untuk Meraih Kepemimpinan

“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar.Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.” (QS. 32:24)


5. Cara untuk Mendatangkan Keberuntungan

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.” (QS. 3:200)


6. Kesabaran adalah Penolong & Senjata

“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'” (QS. 2:45)


7. 3 Paket Hebat yang Allah Sediakan bagi Orang Bersabar

“… Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan:"Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji'uun". Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. 2:157)


8. Sebuah Sebab yang Membuat Malaikat Mengucapkan Selamat di Surga

“Para malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu (sambil mengucapkan):"Kesalamatan atas kalian atas kesabaran yang telah kalian lakukan".Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.” (QS. 13:23-24)


Semua keutamaan yang telah dipaparkan di atas adalah sebuah ganjaran tak ternilai bagi mereka yang mampu bersabar. Karenanya, jadilah orang yang bersabar dan Anda akan dapatkan semua paket kebahagiaan di atas!


Bersabar Menunggu Panggilan

Seorang pria berumur 61 tahun bernama Asep Sudrajat menghidupi keluarganya dengan membuka sebuah toko berukuran 3 x 4 meter di sebuah jalan di kota Bandung. Tiada yang mendampingi hidupnya di rumah selain Asih, istrinya. Sudah puluhan tahun berumah tangga, Allah Swt Sang Maha Pencipta belum berkenan memberikan mereka keturunan.

Namun baik Asep dan Asih adalah model makhluk Tuhan yang menerima segala ketetapan. Mereka selalu menghiasi hidup dengan pengharapan terhadap Tuhan. Bersyukur atas segala nikmat yang mereka terima, dan bersabar atas segala ujian yang diberikan.

Hampir dua puluh tahun mereka menabung demi mewujudkan cita-cita. Sebuah cita-cita mulia yang mereka tanamkan dalam hati, untuk berangkat haji ke Baitullah, Mekkah Al Mukarramah. Dengan hasil dagang di toko yang seadanya, sedikit demi sedikit mereka sisihkan untuk menggapai cita-cita itu. Hanya ibadah haji saja dalam benak mereka yang belum pernah mereka lakukan. Keinginan itu terus membuncah, menggelegak dalam dada seorang hamba yang rindu akan keridhaan Tuhannya.

Hasil tabungan yang mereka kumpulkan tidak mereka tabung di bank. Sengaja uang sejumlah itu mereka simpan agar dapat memotivasi semangat mereka untuk mencari tambahan uang sesegera mungkin. Sungguh dua puluh tahun dalam menabung, merupakan masa yang cukup panjang untuk bersabar demi mewujudkan ketaatan kepada Tuhan. Tidak banyak, manusia modern di zaman sekarang yang mampu memiliki niat sedemikian.

Malam itu, Asep dan Asih sekali lagi menghitung jumlah tabungan mereka. Uang yang mereka simpan untuk berhaji itu kini berjumlah Rp. 50.830.000. Sementara biaya haji pada saat itu berkisar kurang lebih Rp 27 juta per orang, belum lagi biaya bimbingan haji yang harus mereka ikuti, ditambah dengan uang jajan tambahan untuk membeli oleh-oleh. Mereka menghitung, kurang lebih mereka memerlukan dana berkisar Rp 10 juta. Setiap malam berlalu, Asep dan Asih selalu menghitung peruntungan jualan mereka, dan sebagiannya mereka sisihkan untuk mewujudkan cita-cita berhaji.

Suatu pagi, Asep mendengar kabar bahwa kawan karibnya dalam berjamaah shalat di Masjid As Shabirin jatuh sakit secara mendadak dan kini dirawat di RS. Dr. Hasan Sadikin. Setelah divisum oleh dokter rupanya penyakit yang diderita tetangga sekaligus kawan karibnya itu adalah penyakit tumor tulang. Sebuah penyakit yang jarang terjadi pada masyarakat Indonesia.

Bersegeralah, Asep menjenguk kawan karibnya itu. Sesampainya di sana, sahabat tersebut masih berada di ruang ICU dan untungnya masih sadarkan diri sehingga dapat melakukan percakapan dengan Asep. Dari penuturannya Asep mengetahui bahwa tumor tulang tersebut telah membuat tetangganya tidak mampu untuk berdiri lagi, dan tumor tersebut harus diangkat segera. Sebab bila tidak, maka tumor tersebut dapat menjalar ke bagian tubuh lain. Asep bergidik mendengarnya. Namun ia masih terus membesarkan hati sahabatnya itu untuk senantiasa tawakkal dan berdoa kepada Allah Swt Yang Maha Menyembuhkan setiap penyakit hamba-Nya.

Hampir setiap hari Asep menjenguk sahabatnya itu. Pada hari kedelapan, sahabatnya itu telah dipindah ke ruang rawat inap kelas 3, bersama tujuh pasien lainnya dalam satu kamar. Kamar tersebut pengap dengan bau obat, dan tidak layak disebut sebagai kamar rumah sakit. Pemandangan yang berantakan. Jemuran baju pasien dan pendamping yang bertebaran di sepanjang jendela. Seprai kasur yang tidak rapi. Tikar dan koran bertebaran di pojok-pojok kamar. Itu semua membuat pemandangan kamar menjadi tidak asri dan pengap. Namun apa mau dikata, tetangganya adalah seorang yang mungkin memilik nasib sama dengan jutaan orang di Indonesia. Sudah masuk rumah sakit saja Alhamdulillah, nggak tahu bayarnya pakai apa?

Hari itu adalah hari kesebelas sahabatnya dirawat di rumah sakit. Kebetulan Asep sedang berada di sana, seorang perawat membawakan sebuah surat dari rumah sakit bahwa untuk membuang tumor yang berada di sendi-sendi tulang pasien haruslah dijalankan sebuah operasi. Operasi itu akan menelan biaya hampir Rp 50 juta. Bila keluarga pasien mengharapkan kesembuhan, maka operasi tersebut harus dilakukan. Namun kalau mau berpasrah kepada takdir Tuhan, maka tinggal berdoa saja agar terjadi keajaiban.

Siapa orangnya yang tidak mau sembuh dari penyakit? Semua orang pun berharap sedemikian. Namun mau bilang apa? Keluarga sahabat Asep tersebut sudah menguras habis tabungan yang mereka miliki, namun itu semua untuk bayar biaya rumah sakit selama ini saja tidak cukup. Apalagi untuk membiayai proses operasi? Sungguh, yang mampu mereka lakukan adalah memohon pertolongan kepada Allah Swt.

Hari kedua belas, ketiga belas, keempat belas.... kondisi pasien semakin parah. Badannya terlihat kurus tak bertenaga. Kelemahan itu terlihat jelas dalam sorot cahaya mata yang kian meredup. Sang pasien tidak mampu lagi menanggapi lawan bicara. Tumor itu semakin mengganas dan menjalar ke seluruh tubuh. Pemandangan itu semakin menyentuh relung hati Asep yang terdalam. Maka di pinggir ranjang sahabatnya, Asep pun mengambil sebuah keputusan besar.

Setelah berpamitan dengan keluarga sahabatnya, ia bergegas pulang menuju rumah. Di sana terlihat olehnya Asih sedang melayani pembeli yang datang ke toko sederhana milik mereka. Saat pembeli sudah sepi, Asep lalu menyampaikan keputusannya itu kepada Asih.

“Bu..., Kang Endi tetangga kita yang sedang di rawat di rumah sakit itu kondisinya semakin memburuk. Bapak tidak sanggup melihat penderitaannya. Sepertinya kita harus bantu dia dan keluarganya. Tiga hari lalu, kebetulan bapak sedang di sana, seorang suster memberitahukan bahwa Kang Endi harus dioperasi segera. Keluarganya belum berani menyatakan iya, sebab biaya operasi itu hampir Rp 50 juta....” Asep membuka pembicaraannya dengan kalimat yang panjang.

Asih pun mulai merasa iba dengan penderitaan Kang Endi dan keluarganya, “Kasihan mereka ya, Pak! Kita bisa bantu apa...?” Asep pun langsung menyambung dengan cepat, “Kalau ibu berkenan, bagaimana bila dana tabungan haji kita diberikan saja kepada mereka semua untuk biaya operasi?” Kalimat itu diakhiri dengan sebuah senyum merekah di bibir Asep. “Diberikan....?!! Waduh pak..., hampir dua puluh tahun kita nabung dengan susah payah agar cita-cita berhaji dapat diwujudkan. Masa bisa pupus seketika dengan membantu orang lain yang bukan saudara kita?” Asih mengajukan penolakan atas usulan suaminya.

“Bu...., banyak orang yang berhaji belum tentu mabrur di sisi Allah. Mungkin ini adalah jalan buat kita untuk meraih keridhaan Allah Swt. Biarkan kita hanya berhaji di pekarangan rumah kita sendiri, tidak perlu ke Baitullah. Bapak yakin bila kita menolong saudara kita, Insya Allah, kita akan ditolong juga oleh Dia Yang Maha Kuasa.” Kalimat itu meluncur dari mulut Asep dan menohok relung hati Asih sehingga begitu membekas di dasarnya. Tak kuasa, Asih pun mengangguk dan setuju atas usul suaminya.

Keesokan pagi, Asep dan Asih pun datang berdua ke rumah sakit untuk menjenguk. Toko mereka ditutup hari itu. Mereka berdua datang ke rumah sakit dengan membawa sebuah amplop tebal berisikan uang sejumlah Rp 50 juta yang tadinya mereka siapkan untuk berhaji.

Keduanya tiba di rumah sakit dan menjumpai Kang Endi dan keluarganya di sana. Usai membacakan doa untuk pasien, keduanya datang kepada istri Kang Endi. Mereka serahkan sejumlah uang tersebut, dan suasana menjadi haru seketika. Bagi keluarga Kang Endi ini adalah moment dimana doa diijabah oleh Tuhan. Sementara bagi Asep dan Asih, ini merupakan saat dimana keikhlasan menolong saudara harus ditunjukkan. Lalu pulanglah Asep dan Asih ke rumah setelah berpamitan kepada keluarga.

Uang itu kemudian segera dibawa oleh salah seorang anggota keluarga ke bagian administrasi rumah sakit. Formulir kesediaan menjalani operasi telah diisi. Besok pagi jam 08.00 operasi pengangkatan tumor di sendi-sendi tulang Kang Endi akan dilakukan. Alhamdulillah!

Esoknya Kang Endi sudah dibawa ke ruang operasi. Sebelum dioperasi, dokter spesialis tulang yang selama ini menangani Kang Endi sempat berbincang dengan keluarga. “Doakan ya agar operasi berjalan lancar dan Pak Endi semoga lekas sembuh! Kalau boleh tahu..., darimana dana operasi ini didapat?” Dokter mencetuskan pertanyaan tersebut, karena ia tahu sudah berhari-hari pasien tidak jadi dioperasi sebab keluarga tidak mampu menyediakan dananya.

Istri Kang Endi menjawab, “Ada seorang tetangga kami bernama pak Asep yang membantu, Alhamdulillah dananya bisa didapat, Dok!” “Memangnya, beliau usaha apa? Kok mau membantu dana hingga sebesar itu?” Dibenak dokter, pastilah pak Asep adalah seorang pengusaha sukses.

“Dia hanya punya usaha toko kecil di dekat rumah kami. Saya saja sempat bingung saat dia dan istrinya memberikan bantuan sebesar itu!” Istri Kang Endi menambahkan.

Di dalam hati, dokter kagum dengan pengorbanan pak Asep dan istrinya. Hatinya mulai tergerak dan berkata, “Seorang pak Asep yang hanya punya toko kecil saja mampu membantu saudaranya. Kamu yang seorang dokter spesialis dan kaya raya, tidak tergerak untuk membantu sesama.” Suara hati itu terus membekas dalam dada pak dokter. Pembicaraan itu usai, dan dokter pun masuk ke ruang operasi.

Alhamdulillah operasi berjalan sukses dan lancar. Ia memakan waktu hingga 4 jam lebih. Semua tumor yang berada pada tulang Kang Endi telah diangkat. Seluruh keluarga termasuk dokter dan perawat yang menangani merasa gembira.

Kang Endi tinggal menjalani masa penyembuhan pasca operasi. Pak Asep masih sering menjenguknya. Suatu hari kebetulan pak dokter sedang memeriksa kondisi Kang Endi dan pak Asep pun sedang berada di sana. Keduanya pun berkenalan. Pak dokter memuji keluasan hati pak Asep. Pak Asep hanya mampu mengembalikan pujian itu kepada Pemiliknya, yaitu Allah Swt. Hingga akhirnya, pak dokter meminta alamat rumah pak Asep secara tiba-tiba.

Beberapa minggu setelah Kang Endi pulang dari rumah sakit. Malam itu, Asep dan Asih tengah berada di rumahnya. Toko belum lagi ditutup, tiba-tiba ada sebuah mobil sedan hitam diparkir di luar pagar rumah. Nampak ada sepasang pria dan wanita turun dari mobil tersebut. Cahaya lampu tak mampu menyorot wajah keduanya yang kini datang mengarah ke rumah pak Asep. Begitu mendekat, tahulah pak Asep bahwa pria yang datang adalah pak dokter yang pernah merawat sahabatnya kemarin.

Gemuruh suasana hati Asep. Ia terlihat kikuk saat menerima kehadiran pak dokter bersama istrinya. Terus terang, seumur hidup, pak Asep belum pernah menerima tamu agung seperti malam ini.

Maka dokter dan istrinya dipersilakan masuk. Setelah disuguhi sajian ala kadarnya, maka mereka berempat terlibat dalam pembicaraan hangat. Tidak lama pembicaraan kedua keluarga itu berlangsung. Hingga saat pak Asep menanyakan maksud kedatangan pak dokter dan istri. Maka pak dokter menjawab bahwa ia datang hanya untuk bersilaturrahmi kepada pak Asep dan istri.

Pak dokter menyatakan bahwa ia terharu dengan pengorbanan pak Asep dan istri yang telah rela membantu tetangganya yang sakit dan memerlukan dana cukup besar. Ia datang bersilaturrahmi ke rumah pak Asep hanya untuk mengetahui kondisi pak Asep dan belajar cara ikhlas membantu orang lain yang sulit ditemukan di bangku kuliah. Semua kalimat yang diucapkan oleh pak dokter dielak oleh pak Asep dengan bahasa yang selalu merendah.

Tiba saat pak dokter berujar, “Pak Asep dan ibu...., saya dan istri berniat untuk melakukan haji tahun depan. Saya mohon doa bapak dan ibu agar perjalanan kami dimudahkan Allah Swt... Saya yakin doa orang-orang shaleh seperti bapak dan ibu akan dikabul oleh Allah...” Baik Asep dan Asih menjawab serentak dengan kalimat, “Amien...!”

Pak dokter menambahkan, “Selain itu, biar doa bapak dan ibu semakin dikabul oleh Allah untuk saya dan istri, ada baiknya bila bapak dan ibu berdoanya di tempat-tempat mustajab di kota suci Mekkah dan Madinah...” Kalimat yang diucapkan pak dokter kali ini sama-sama membuat bingung Asep dan Asih sehingga membuat mereka berani menanyakan, “Maksud pak dokter....?” “Ehm..., maksud saya, izinkan saya dan istri mengajak bapak dan ibu Asep untuk berhaji bersama kami dan berdoa di sana sehingga Allah akan mengabulkan doa kita semua!”

Kalimat itu berakhir menunggu jawaban. Sementara jawaban yang ditunggu tidak kunjung datang hingga air mata keharuan menetes di pipi Asep dan Asih secara bersamaan. Beberapa menit keharuan meliputi atmosfir ruang tamu sederhana milik Asep dan Asih. Seolah bagai rahmat Tuhan yang turun menyirami ruh para hamba-Nya yang senantiasa mencari keridhaan Tuhan.

Asep dan Asih hanya mampu mengucapkan terima kasih berulang-ulang. Usai pak dokter pulang, keduanya tersungkur sujud mencium tanah tanda rasa syukur yang mendalam mereka sampaikan kepada Allah Yang Maha Pemurah. Akhirnya, mereka berempat pun menjalankan haji di Baitullah demi mencari keridhaan Allah Azza wa Jalla.

Sungguh, kesabaran panjang yang diakhiri dengan pengorbanan kebaikan, akan berbuah di tangan Allah Swt menjadi balasan yang besar dan anugerah yang tiada terkira.

»»  read more

Leburkan hati dengan menyantuni anak yatim

Oleh-oleh dari MaBIT Majlis Al-Kauny IX (Bagian 1)

Diriwayatkan dari Abu Darda’ ra bahwa seorang laki-laki telah datang kepada Rasulullah saw mengadukan hatinya yang keras, maka beliau saw bersabda, “Apakah kamu suka jika hatimu menjadi lunak dan kebutuhanmu terpenuhi? Sayangilah anak yatim, usaplah kepalanya, dan berilah ia makan dari makananmu niscaya hatimu menjadi lunak dan kebutuhamu terpenuhi.”
HR. Ath-Thabrani (Lihat Al-Matjar Ar-Rabih oleh Al-Hafizh Ad-Dimyathi No.1509)
Pada tanggal 27-28 Maret lalu, Majlis A-Kauny kembali menggelar Malam Bina Iman dan Takwa atau MaBIT untuk yang kesembilan kalinya. Tema MaBIT kali ini ‘Leburkan Hati Dengan Menyantuni Anak Yatim’, dengan menghadirkan orang-orang istimewa, yang sehari-hari bersentuhan dengan anak yatim, masing-masing Ust. Sjaiful Hamdi Naumin, Ust. Houtman Zainal Arifin, dan Bayu Gawtama.

Tema ini sengaja diangkat guna meningkatkan kepedulian kita kepada para anak yatim yang tak mampu, yang telah kehilangan orangtuanya sejak kecil.

Namun yang tak kalah pentingnya adalah memberikan perhatian kepada mereka yang menjadi yatim sebelum masanya. Yaitu anak-anak yang kurang mendapatkan belaian, perhatian dan kasih sayang dari orangtuanya karena berbagai sebab.

Kemuliaan Terletak Pada Kedermawanan

Seperti pada MaBIT-MaBIT sebelumnya, setelah shalat magrib diadakan acara tilawah lalu dilanjutkan dengan kajian tafsir dan hadist-hadist yang terkait dengan tema MaBIT. Dalam kajiannya Yusuf mengangkat beberapa ayat dari Surat Al-Fajr, yaitu ayat 15-20.

Allah SWT berfirman, “Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia berkata, "Tuhanku telah memuliakanku". Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata, "Tuhanku menghinakanku". Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim, kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin, kamu memakan harta pusaka dengan cara mencampur baurkan (yang halal dan yang batil), dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan.”

Kaya dan miskin adalah ujian dari Allah SWT. Siapa yang diberi kekayaan lalu dia memanfaatkannya dengan baik guna mendekatkan diri kepada Allah SWT, maka itulah orang yang mulia. Dan siapa yang bakhil, enggan berbagi terhadap sesama, maka dialah orang yang hina. Berdasarkan ayat tersebut di atas, kemuliaan dan kehinaan terletak pada sikap kedermawanan dan ketulusan dalam berbagi kepada sesama, khususnya kepada kaum dhuafa.

Berdasarkan ayat di atas pula, terdapat empat faktor yang menyebabkan manusia menjadi hina, yaitu: 1. Tidak memuliakan anak yatim, tidak peduli terhadap orang miskin, 3. mencampur-baurkan harta yang halal dengan yang batil, dan 4. Berlebihan dalam mencintai harta.

Manajemen Pemberdayaan Anak Yatim


Setelah shalat isya dan makan malam, acara MaBIT dilanjutkan dengan menyimak pemaparan Ust. Sjaiful Hamdi Naumin tentang strategi memberdayakan dan memandirkan anak yatim.

Beliau memulai tausiyahnya dengan saran merenungi kembali sejarah perjalanan Rasulullah saw sejak berada dalam kandungan hingga beliau wafat. “Sekarang tanggal berapa Hijriyah?” tanyannya setelah mengungkapkan puji-pujian kepada Allah SWT dan shalawat kepada Rasulullah saw.

Beliau mengungkapkan bahwa Nabi Muhammad saw adalah sosok anak yatim yang mampu hidup mandiri di bawah pengasuhan kakek kemudian pamannya. “Ayahnya wafat tiga bulan sebelum beliau lahir,” ujarnya.

Setelah lahir, sebagaimana kebiasaan orang Arab, beliau disusui oleh perempuan Arab badui dari Bani Sa’ad, namanya Halimah As-Sa’diyah. Setelah disusui selama dua tahun, Halimah memohon kepada Aminah, ibunda Muhammad Saw, agar Muhammad tetap berada dalam pengasuhannya hingga umur empat tahun. Halimah melakukan itu setelah melihat adanya keistimewaan tersendiri yang dirasakannya saat mengasuh Muhammad yang yatim sebelum lahir. Aminah setuju.

Empat tahun telah berlalu. Muhammad dikembalikan ke ibunya, Aminah di kota Makkah. Ketika berumur enam tahun, Muhammad dibawa oleh ibunya ke Madinah untuk menziarahi kuburan ayahnya, Abdullah bin Abdul Muththalib. Namun, dalam perjalanan kembali dari Madinah, ibunda tercinta dipanggil menghadap Allah SWT. Aminah meninggal dunia di wilayah Abwa, sebuah desa antara Madinah dan Juhfah, sekitar 37 kilo meter dari Kota Madinah. Muhammad pun menjadi yatim piatu: hidup tanpa ayah dan ibu, sebelum memasuki usia baligh.

Di sinilah pentingnya kita mempelajari sejarah perjalanan Rasulullah saw, seorang anak yatim piatu yang mampu menaklukkan dunia dan menoreh sejarah terbaik sepanjang sejarah kehidupan manusia.

Beliau kemudian menjelaskan bahwa dilihat dari segi kebutuhan, setiap anak memiliki tiga kebutuhan utama. Pertama, kebutuhan fisik, yang terdiri dari makanan, pakaian dan tempat berteduh. Kedua, kebutuhan fasilitas, yang terdiri dari sarana belajar dan sarana kesehatan.

Ketiga, kebutuhan emosional dan psikologis, yang terdiri dari: a) Perhatian dan kasih sayang (bukan usapan), b) Pengakuan dan pujian (bukan basa basi), c) Kesempatan berekspresi (bukan coba-coba), d) Kesempatan berkompetisi (bukan main2), e) Tantangan dan mengatasi kesulitan, f) Unjuk eksistensi, dan g) Kesempatan berbagi (didengar & mendengar).

“Bagi anak yatim, hanya bisa didapat dari orang-orang khusus dan cara-cara khusus,” ujar Master Trainner yang bercita-cita mentraining satu juta anak yatim (hingga saat ini beliau telah mentraining sedikitnya 150.000 orang yatim).

Beliau menambahkan, yang memberi uang itu banyak, tetapi orang yang dapat memberikan pendampingan secara khusus—dan inilah yang dibutuhkan oleh kebanyakan anak yatim—sangat jarang. “Jangan hanya sekadar KUHP, kasih uang habis perkara,” ujar Ex Komisaris Olympic ini yang juga pernah bergelut di dunia real state.

Dalam Al-Qur’an, lanjut pria pemilik sejumlah Gerai Buku Al-Amin di wilayah Bogor, kata-kata yatim diulangi oleh Allah SWT sebanyak 22 kali (ada pula yang mengatakan 23 kali). Inti pesannya adalah kewajiban memuliakan anak yatim, yaitu dengan berbuat baik, mengurus, mendidik dan melindungi mereka. Melalui ayat-ayat tersebut Allah SWT juga melarang segala bentuk perlakuan zalim terhadap anak yatim. Bahkan, memakan hartanya termasuk dosa besar.

Dalam rangka memberdayakan anak yatim, khususnya yang dari kalangan dhuafa, adalah mendidik mereka menjadi anak yang mandiri dan prestatif dengan memberikan pelatihan dan pendampingan yang berkesinambungan. Khusus untuk anak yatim dari kalangan “berada” adalah dengan membantu mereka mengembangkan hartanya secara baik dan benar sampai anak itu mampu mengelola hartanya sendiri. Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang menjadi wali atas harta anak yatim, hendaklah hartanya diperkembangkan (diperdagangkan)-nya, jangan sampai harta itu menyusut karena dimakan shadaqah/zakat.” (H.R. Al Baihaqi)

Terkait dengan pemberdayaan anak yatim, beliau juga menguraikan beberapa pandangan keiru terhadap anak yatim, antara lain: 1) Berharap dapat keturunan, 2) Numpang hidup, 3) Exposure, 4) Pamer kemiskinan, 5) Mematikan percaya diri, 6) Over attented, 7) Over protected, 8) Berharap terlalu banyak, dan 9) Membuat jadi penurut.

Dalam mengasuh anak yatim diperlukan ketulusan hati. “Termasuk pandangan yang keliru jika memelihara anak yatim karena berharap mendapatkan keturunan seperti yang dilakukan oleh orang-orang yang telah lama menikah tetapi belum dikaruniai anak,” ujarnya.

Setelah Ust. Sjaiful berbicara selamat tidak kurang dari dua jam, dibukalah tanya jawab lalu dilanjutkan dengan “Kalimat Thayyibah” yang sampaikan oleh Ust. Bobby Herwibowo, pendiri dan pembina Majlis Al-Kauny. Kalimat Thayyibah adalah semacam kalimat penutup yang menandai berakhirnya segala kegiatan MaBIT pada malam tersebut, dan akan dilanjutkan esok harinya.

Qiyamullail dan Muhasabah

Qiyamullail (shalat tahajjud) dan Muhasabah (evaluasi) termasuk kegiatan utama MaBIT, dengan tujuan melatih para peserta MaBIT bangun di akhir malam untuk menyambut turunnya Allah SWT ke langit dunia dengan shalat tahajjud dan istighfar serta do’a kepada-Nya.

Seperti MaBIT-MaBIT sebelumnya, shalat tahajjud dipimpin oleh Ust. Zaki Ardi, dan muhasabah oleh Ust. Bobby Herwibowo. Setelah shalat subuh, acara terus berlanjut dengan membaca dzikir-dzikir dan do’a-do’a pagi dan sore, yang sering diamalkan para salafussaleh, yang terangkum dalam buku Dzikir Pagi dan Sore, cetakan Penerbit Kuwais. (my.shandy)
»»  read more

Kelebihan ponpes

Para Santri di Pondok Pesantren Miliki Kelebihan Akhlak dan Imtak [Agama dan Pendidikan]

Tangerang, Pelita
Penasihat Pondok Pesantren Darul Hasan Cipondoh Tangerang, Mayjen (Purn) CPM Syamsu Djalal SH mengatakan para santri yang belajar di Pondok Pesantren memiliki kelebihan akhlak dan budi pekerti, serta dilengkapi penanaman iman dan takwa (imtak).
Akhlak, budi pekerti serta iman dan takwa inilah yang saya maksud kelebihan yang selalu ditanamkan di Pondok Pesanten, selain pelajaran agama lainnya, ucap mantan Komandan Puspom TNI ini di Pondok Pesantren Darul Hasan Sipon, Tangerang, kemarin, sehubungan dengan pelepasan dua santri Pondok Pesantren Darul Hasan mengikuti jambore sedunia di London, Inggris.
Syamsu Djalal didampingi Pengasuh Pondok Pesantren Darul Hasan KH Tadjuddin Hasan dan Pimpinan Pondok Pesantren Darul Hasan Drs H Sufyan Hariri MPd. Menurutnya, pondok pesantren yang selama ini dinilai terbelakang dan para santrinya dari kalangan miskin, kini sudah berbalik. Mereka bisa bersaing dengan siswa dari sekolah-sekolah umum, bukan hanya tingkat kabupaten atau provinsi, tetapi juga nasional, bahkan inernasional.
Contohnya, dua santri Pondok Pesantren Darul Hasan mengikuti jambore internasional di Inggris. Itu luar biasa. Mereka bukan hanya mewakili pondok pesantren ini, tapi juga mewakili kota Tangerang dan Provinsi Banten, ucap putra pasangan Djalaluddin dan Samsinar ini.
Pondok pesantren, lanjutnya, selain mempelajari ilmu-ilmu agama, tetapi juga ilmu-ilmu umum, seperti matematika, fisika, kimia, dan lain-lain. Ini tentunya memiliki kelebihan tersendiri, bahkan mempunyai nilai lebih.
Di pesantren diajarkan bagaimana berbudi pekerti yang baik dan selalu ditanamkan iman dan takwa. Coba, tidak ada tawuran yang dilakukan santri. Tapi di luar, tawuran merajalela yang banyak melibatkan sekolah-sekolah umum, ucap mantan Jaksa Agung Muda (intelijen) ini.
Iman dan takwa merupakan dasar bagi anak-anak untuk melangkah ke depan, dilandasi semangat juang dan rasa kebangsaan nasionalismenya bisa tumbuh. Sekali lagi, semua ini dilandasi semangat iman dan takwa, katanya.
Dia menjelaskan dalam era globalisasi ini muncul opini dari berbagai segi dan lini. Sebagian orang hanya memikirkan dirinya dan golongannya saja, tidak lagi memikirkan bangsa. Tidak lagi memperdulikan masalah persatuan kebangsaan dalam negara Indonesia ini, perhatiannya terhadap nasionalisme dan perjuangan bangsa sudah memudar, sehingga selalu berupaya memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ini yang harus kita hindari. Mari kita tanamkan anak-anak, para santri kita kepada kehidupan mendatang. Keimanan dan ketakwaan akan menumbuhkan rasa persatuan dan kesatuan bangsa. Persatuan dan kesatuan modal utama untuk tetap cinta dan kokoh membela Negara Kesatuan Republik Indonesia, kata putra kelahiran Padang, Sumatera Barat, 64 tahun lalu ini.
Menyinggung masalah narkoba yang kini sudah menggerogoti pemuda Indonesia, Syamsu Djalal mengingatkan kepada para orangtua dan guru agar berhati-hati dan selalu mengawasi anak-anaknya. Narkoba itu barang haram. Mengapa haram? karena dapat merusak jasmani dan rohani bagi yang menggunakannya.
Dia mencontohkan babi itu haram. Haram karena babi itu binatang kotor, dagingnya banyak mengandung cacing pita. Agama juga mengajarkan untuk cinta pada kebersihan, karena kebersihan itu sebagian dari iman.
Oleh karena itu, tinggalkan yang kotor-kotor. Perbuatan yang mengarah kekotoran itu dilarang, termasuk binatang-binatang yang kotor seperti babi. Tempat yang kotor sangat disenangi setan. WC salah satu tempatnya setan. Nah bagaimana mengusir setan dari WC, kita harus selalu membersihkannya dengan dibantu bacaan yang diajarkan dalam agama. Insya Allah aman, katanya. (dik)
»»  read more

Minggu, 02 Mei 2010

Keunggulan Pesantren

Pondok pesantren sebagai institusi pendidikan mempunyai banyak kelebihan jika dibanding dengan institusi pendidikan umum. Kelebihan yang tak ternilai adalah pendidikan keagamaannya yang mengarahkan santri didik untuk menjadi manusia yang paripurna.

“Harus diakui, amat banyak kelebihan alumni pondok pesantren ketimbang alumni sekolah MAN, Tsanawiyah, apalagi SMP atau SMA,” kata Dekan Fakultas Dakwah IAIN Mataram Prof DR Salmadanis M Ag pada tabligh akbar pengukuhan tuanku Pondok Pesantren Al-ishlahul Ma'arif Kediri Lobar, Selasa (3/7).

Salmadanis mengatakan, kelebihan alumni pesantren adalah kemampuan menggali ajaran Islam dari Al Qur’an dan Hadist, memiliki akhlak mulia sesuai dengan tuntunan Al Qur’an dan Hadist dan pada akhirnya amat membahagiakan orang tua yang anaknya berhasil di pondok pesantren.

Prosesi pengukuhan tuanku itu berlangsung Jumat (29/6) hingga Selasa (3/7). Prosesi diawali dengan nasehat dari Pimpinan Pondok Pesantren Syekh H.Ali Amran Hasan dan ikrar setia oleh santri yang dikukuh untuk melanjutkan perjuangan pesantren Nurul Yaqin dan menyebarkan Islam secara umum.

Pondok Pesantren Nurul Yaqin Ringan-ringan Nagari Pakandangan Kabupaten Padangpariaman sejak berdiri tahun 1960 sudah menghasilkan ribuan alumni. Sebagai pondok pesantren besar di Padangpariaman, Nurul Yaqin sudah berhasil melahirkan melahirkan kader ulama di tengah masyarakat.

Nurul Yaqin didirikan tahun 1960 oleh Syekh H. Ali Amran Hasan dengan alumni ribuan orang. Kini dengan 400 santri, sekitar 90 orang diantaranya perempuan. Tahun ini akan menerima 150 santri baru.

“Masalah yang dihadapi keterbatasan sarana dan prasarana. Sejak musibah kebakaran 2 tahun lalu, ruang belajar masih kurang. Untuk itu, kita berharap ada donatur yang peduli dengan pondok pesantren dapat membantunya,” harap Wakil Pimpinan Pondok Pesantren Nurul Yaqin Zakirman M Ag Tuanku Sutan yang juga Wakil Ketua Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) NU Kabupaten Padangpariaman.

Sebelumnya, Pembina Ikatan Pelajar NU Padangpariaman Bagindo Armaidi Tanjung, S Sos memberikan sumbangan 15 buku untuk perpustakaan Pesantren Nurul Yaqin. Buku tersebut diterima Wakil Pimpinan Pondok Pesantren Nurul Yaqin Zakirman.

”Sabtu hingga Senin dilakukan persiapan acara puncak, Selasa. Persiapan yang dilakukan antara lain pemotongan 2 ekor sapi dan 1 ekor kambing. Penyembelihan ternak tersebut dimaksudkan untuk menjamu jamaah dan umat yang menghadiri prosesi pengukuhan tuanku tersebut,” kata Zakirman didampingi salah seorang guru M Rais Tuanku Labai Nan Basa.

Sedangkan acara puncak, Selasa (3/7), penyerahan ijazah dihadapan Wakil Bupati Padangpariaman Drs. Ali Mukhni yang juga Pembina PW Ikatan Pelajar NU Sumatera Barat, orang tua santri, alumni dan jamaah pondok pesantren Nurul Yaqin. Penutupan pengukuhan tuanku ditandai dengan penyelenggarakan kesenian daerah shalawat dulang malam hari (Selasa).

Bupati Ali Mukni menegaskan agar tuanku yang dikukuhkan dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. ”Yang lebih penting lagi, para tuanku tamatan pesantren Nurul Yaqin harus mampu berpartisipasi mencegah penyalahgunaan narkoba yang sudah sampai ke desa-desa dan ke sekolah-sekolah SMA, SMP bahkan SD,” kata Ali Mukhni.

”Bila tuanku sebagai ulama dapat berperan aktif dalam membina umat di masyarakat, insya Allah akan terwujud ketentraman dan kedamaian hidup. Pesantren Nurul Yaqin sebagai lembaga pendidikan agama, ternyata sudah menunjukkan peran penting membangun sumber daya manusia di Padangpariaman,” kata Ali Mukhni.(arm/nam)

»»  read more

Pendidikan sekolah dan Pondok pesantren

A.Pendahuluan
Menuntut ilmu merupakan suatu kewajiban sejak lahir hingga sampai liang lahat, perlu ada keseimbangan antara ilmu pengetahuan umum dan ilmu pengetahuan Agama. Kalau di pulau jawa atau daerah lain terdapat pesantren yang sekaligus mendirikan sekolah umum. Hal ini tidak menimbulkan masalah karena yang mengatur waktu dan system pembelajaran adalah satu lembaga yaitu pondok pesantren.
Tetapi banyak Pondok Pesantren yang berdiri merupakan pondok pesantren murni yang sama sekali tidak memasukan pelajaran umum dalam kurikulumnya. Maka salah satu Alternatif bagi masyarakat yang menginginkan anaknya mendalami ilmu agama dan illmu pengetahuan umum adalah dengan cara memasukan anaknya ke sekolah umum, dan sekaligus menitipkan anaknya di pondok pesantren.
Pada kenyataannya sering terjadi tarik menarik kepentingan antara sekolah dan Pondok pesantren yang akhirnya membuat kebingungan pada siswa / santri. Dan tidak jarang berakhir dengan memilih salah satu sekolah atau Pesantren walau itu merupakan pilihan yang dilematis.
Pendidikan lebih dari sekedar pengajaran, karena pada kenyataannya pendidikan adalah suatu proses dimana suatu bangsa atau negara membina dan mengembangkan kesadaran diri diantra individu-individu, yang dengan kedasaran itu bangsa dapat mewariskan kekayaan budaya atau pemikiran ke generasi berikutnya, hingga menjadi inspirasi bagi mereka dalam setiap aspek kehidupan. Berdasarkan kenyataan ini masyrakat Indonesia selain bertugas sebagai umat beragama, maka iapun harus menjalani tugasnya sebagi warga negara. Oleh karena itu pendidikan merupakan latihan fisik, mental dan moral bagi individu-individu sehingga mampu memenuhi tugasnya sebagi manusia dan menjadi warga Negara yang berarti bagi suatu negara
Pendidikan islam sesungguh mencakup hal yang lebih luas dan tidak terbatas hanya pada pendalaman ritual peribadatan, bahkan lebih jauh dari itu, sebagai mana dingkapkan oleh Dr. Yusuf Qardhawi yang memberi pengertian pendidikan islam sebagai berikut :
Pendidikan Islam adalah pendidikan Manusia seutuhnya; akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya; akhlak dan keterampilannya. Karena pndidikan Islam menyiapkan manusia untuk hidup, baik dalam perang, dan menyiapkan untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis dan pahitnya

Hal lain di kemukakan oleh Endang Syaifuddin Anshori yang memberikan pengertian pendidikan Islam sebagai berikut:
Proses bimbingan ( Pimpinan, tuntunan, usulan) oleh subjek didik terhadap perkembangan jiwa ( Pikiran, perasaan, kemauan, intuisi dan sebagainya) dan raga objek didik dengan bahan bahan materi tertentu dengan alat perlengkapan yang ada kearah terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai ajaran islam

Lebih jauh lagi di jelaskan oleh Dr. Omar al-Toumy al-Syaibani membagi tujuan pendidkan Islam dalam tiga katagori yaitu Tujuan Individual, tujuan Sosial dan tujuan professional . Dengan berdasarkan tujuan-tujuan tersebut terlihat jelas arah pendidikan Islam yaitu berusaha membekali anak didik dengan keterampilan-keterampilan yang perlu bagi kepetingan dirinya dan masyarakat.
Namun disayangkan lembaga pendidikan yang mengkhususkan dirinya pada bidang keagamaan agaknya agak mengebelakangkan pentingnya pengetahuan umum yang berkembang disekitar kehidupan para santri bahkan terlihat agak menutup mata pada perkembangan teknologi, atau mungkin lebih ekstrim lagi menolak pendidikan umum untuk dipelajari oleh para santrinya. Bahkan terdapat ungkapan yang sering didengar dimasyrakat ungkapan :
“Bahwa diakhirat kelak tidak akan nada pertanyaan tentang matematika, Bahasa Inggris, Komputer dan sebagainya, yang akan ditanyakan hanyalah bagai mana ibadahmu di dunia” .
Pernyataan ini sungguh sangat meracuni, sehingga para santri yang memahami pernyataan itu secara harfiah akan menjadi anti pati terhadap ilmu pengetahuan umum dan kecenderungan untuk mempelajari agama dengan sungguh-sungguh dan mengabaikan perkembangan tekhnologi yang berkembang dihadapannya telah mendarah daging pada diri mereka.
Kepentingan manusia akan ilmu pengetahuan agama yang seimbang adalah hal yang sangat mutlak hal inipun telah disinyalir oleh Nabi Muhammad SAW belalui hadisnya yang menyatakan “ Barang siapa menginginkan dunia dengan Ilmu, barang siapa mengingin Akhirat dengan Ilmu dan barang siapa mengiginkan keduanya dengan Ilmu” . pernyataan ini merupakan petunjuk pokok bagi kaum muslimin agar mempelajari ilmu agama dan ilmu dunia secara seimbang , ini pula yang mendorong orang tua yang menyadari betapa pentingnya ilmu agama dan ilmu Umum hingga mereka menitip kan anaknya di dua lembaga pendidikan yang berbeda sekaligus.
Permasalahan timbul ketika otoritas dan eklusivisme lembaga pendidikan sering menjadikan siswa yang sekaligus menjadi santri berada posisi yang dilematis, mereka kadang mendapat tekanan dari dua lembaga yang berbeda yang memegang teguh otoritas dan aturan –aturan yang telah ditetapkan tanpa memandang dilema yang dihadapi oleh siswa.


B.Sekolah Sebagai Lembaga Pendidikan Formal
Pendidikan adalah kebutuhan mendasar manusia dan merupakan usaha untuk mempersiapkan siswa dalam menghadapi hidupnya dengan mengembangkan potensi yang dimilikinya dan memeilki kekuatan spiritual keagamaan sebagai mana di ungkatpakan oleh Dr.H. Juhri.AM, MPd menyatakan bahwa :
Pendidikan adalah usaha sadar dan ternecana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian , kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara .

Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan secara sistematis dan sistemik yang selalu bertolak dari landasan dan asas tertentu, karena pendidikan merupakan pilar utama penegembangan manusia dan masyarakt suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia diharapkan pengusahakan dua hal penting yaitu :
1. Pembentukan manusia pancasila sebagi manusia pembangunan yang berkualitas tinggi dan mampu mandiri
2. Pemberian dukungan bagi perkembangan masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia yang mengalami krisis multi dimensi

Terdapat beberapa Landasan pendidkan yangmemiliki peranan penting dalam menentukan tujuan pendidian diantarannya adalah landasan Filosophis, Sosiologis dan Kultural dan didukung oleh landasan Ilmiah dan tekhnologi yang akan mendorong pendidikan menjemput masa depan
Lembaga pendidikan secara garis besar dapat di bagi menjadi tiga jenis yaitu pendidikan Formal, pendidikan Informal dan Pendidikan Non Formal .
Pendidikan formal merupakan usaha pendidikan yang diselenggarakan secara sengaja, berencana, terarah dan sistematis melalui lembaga pendidikan yang disebut sekolah.
Pendidikan Informal adalah usaha pendidikan yang diselenggarakan secara sengaja, tetapi tidak berencana dan tidak sistematis dilingkungan keluarga
Pendidikan Non Formal adalah pendidikan yang diselenggarakan secara sengaja dan berencana tetapai tidak sistimetis diluar lingkungan sekolah.
Semua jenis lembaga pendidikan mempuyai tujuan yang sama yaitu untuk membentuk peserta didik mencapai kedewasaan, sehingga mampu berdiri sendiri dalam masyarakat sesuai nilai-nilai norma–norma yang berlaku dilingkungan masyarakatnya.
Sekolah merupakan pusat merupakan salah satu dari Tri pusat Pendidikan disamping rumah tangga dan Masyarakat. Sekolah menitik beratkan kepada pendidikan formal . Disekolah prosedur pendidikan diatur sedemikian rupa, ada guru , ada siswa, ada jadwal pelajaran yang berpedoman pada kurikulum dan silabus, ada jam–jam pelajaran tertentu dan dilengkapi dengan fasilitas dan saran pendidikan serta perlengkapan-perlengkapan dan peraturan-peraturan lainnya.

Sutari ( 1986) mengungkapkan bahwa : Sekolah pada hakikatnya adalah bertujuan untuk membantu orang tua mengajarkan kebiasaan-kebiasaan baik dan menambahkan budi pekerti yang baik, juga memberikan pendidikan untuk kehidupan didalam masyarakat yang sukar diberikan dirumah

Dengan melihat pernyataan diatas maka dapat ketahui bahwa sebenarnya sekolah merupakan bagian dari pendidikan keluarga dan merupakan lanjutan pendidikan keluarga. Selain itu sekolah berfungsi untuk menghubungkan kehidupan dalam keluarga dengan kehidupan dengan masyarakat.
Berdasarkan kurikulum yang berlaku saat ini yaitu Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan, dapat dilihat bahwa muatan pendidikan agama yang berikan di SMU tidak cukup memadai bagi siswa untuk memahami pelajaran agama Islam secara maksimal, hal ini ditandai dengan Alokasi waktu yang hanya 2 Jam pelajaran perminggu dan itu jelas tidak mencukupi untuk membahas ilmu agama yang demikian luas.
Lain halnya dengan Lembaga pendidikan Formal lainnya seperti MA ( madrasah Aliyah ), lembaga ini memiliki muatan pendidikan agama Islam yang lebih banyak jika dibandingkan dengan SMU. Tetapi kadang minat masyarakat atau siswa masih terlihat agak kurang . Hal ini menimbulkan tanda tanya besar bagi masyarakat Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam.
Kembali kita melihat muatan kurikulum untuk lembaga pendidikan umum dapat kita lihat pada panduan Kurikulum yang telah dikeluarkan oleh BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan) yang meliputi Subtansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang mulai kelas X sampai dengan kelas XII. Struktur kurikulumnya disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajarn
Muatan Kurikulum yang tercantum dan ditetapkan oleh BSNP untuk SMA/MA kelas X terdiri dari 16 Mata pelajaran, muatan local dan pengembangan diri dan untuk kelas XI , XII terdiri dari 13 mata pelajaran, muatan local dan pengembangan diri . Jika dilihat dari muatan kurikulum yang ada di SMA dan MA Program IPA, IPS, dan Bahasa, dapat kita lihat bahwa alokasi waktu untuk pelajaran agama Islam sangat sedikit yaitu 2 Jam pelajaran perminggu. Kecuali pada program keagamaan. Dalam program keagamaan di MA disertakan materi pendidikan agama seperti Tafsir, Ushul Fiqh dan Ilmu kalam

C. Pondok Pesantren Sebagai Lembaga Pendidikan Non Formal
Pondok Pesantren adalah lembaga yang memberikan pembelajaran kepada santri dengan tata cara yag khas, yang biasanya dipimpin oleh seorang Kyai dan dibantu oleh santri seniornya. Komponen Pesantren biasanya terdiri dari Kyai/ Guru, Santri, Asrama, Masjid, Rumakh Kyai ,dll.
Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional untuk mempelajari, memahami, mendalami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman prilaku sehari hari .
Adapun Pengertian tradisional diberikan kepada pesantren adalah bahwa lembaga ini telah hidup sejak ratusan tahun silam ( 300-400) tahun, dan menjadi bagian yang mendalam dalam system kehidupan umat islam di Indonesia yang merupakan golongan mayoritas bangsa Indonesia dan telah mengalami perubahan dari masa kemasa sesuai dengan perjalanan hidup umat
Tujuan Pendidikan Pesantren adalah menciptakan dan mengembangkan kepribadian muslim yaitu kepribadian yang bertaqwa kepada tuhan, berakhlak mulia, bermanfaat bagi masyarakat berkhidmat kepada masyarakat dengan jalan menjadi kawula atau abdi masrakat yaitu menjadi pelayan masyarakat dengan mengikuti sunah rosul
Sejak zaman kerajaan mataram yaitu diadakannya satu tempat pengajian kitab, bagi murid murid yang telah khatam mengaji alqur’an, tempat pengajian itu disebut Pesantren . Pelajaran yang diajarkan di pesanatren adalah kitab–kitab besar dalam behasa Arab, yang diterjemahkan kata perkata kedalam bahasa daerah dan dilakukan secara bandungan ( Halaqah).
Kehadiran Pesantren ditengah masyarakat tidak hanya sebagi lembaga pendidikan tetapi juga sebagi lembaga penyiaran agama, dan social keagamaan. Pesantren berhasil menjadikan diriya sebagai pusat gerakan pengembangan Islam. Diakui oleh Dr. Soebardi dan Frof . John :
“Lembaga-lembaga Pesantren itulah yang paling menentukan watak keislaman dari kerajaa-kerajaan Islam, dan yang memegang perananpaling penting bagi penyebaran islam sampai ke pelosok-pelosok. Dari lembaga pendidikan Peasantren itulah asal usul sejumlah manuskrip tentang pengajaran Islam di Asia Tenggara yang tersedia secara terbatas, yang dikumpulkan oleh pengembara-pengembara pertama darai perusahaan-perusahaan dagang Belanda dan Inggris sejak akhir abad 16. Untuk dapat betul-betul memahami sejarah Islamisasi diwilayah ini, kita harus mulai mempelajari lembaga-lembaga pesantren karena lembaga-lembag inilah yang menjadi anak panah penyebaran Islam di wilayah ini”

Secara Historis PESantren juga telah membuktikan dirinya sebagai suatu lembaga pendidikan Islam yang mapan ( Establish). Perubahan social, Politik, Ekonomi, Kebudayaan dan lain-lain sejauh ini tidak terlihat begitu berpengaruh terhadap kelanjutan Eksistensi Posantren sejaka berdirinya, Masa penjajahan, dan dalam zaman kemerdekaan sekarang ini dan membuktikan diri sebagai benteng kultural dan keagamaan umat yang tangguh.
Suatu lembaga pendidikan akan berhasil menyelengarakan kegitannya jika ia dapat mengintegrasikan dirinya kedalam kehidupan masyarakat yang melingkarinya. Keberhasilan ini menunjukan kecocokan nilai antara lembaga pendidikan yang besangkutan dan masyarakat. Lembaga pendidikan akan di minati oleh masyarakat apabila mampu memenuhi kebutuhan mereka akan kemampuan ilmu dan teknologi untuk menguasai suatu bidang ilmu tertentu, dan kemampuan moral keagamaan dan moral sosial budaya untuk menempatkan mereka ditengah-tengah pergaulan bersama sebagai manusia terhormat.
Berkaitan dengan hal tersebut Pondok Pesantren telah terbukti mampu hidup menyatu dengan masyarakat sekitarnya bahkan menjadi rujukan bagi masyarakat sekitarnya dalam bidang moral. Pesantren sering diidealkan sebagai komunitas ideal dan sakral.
Tetapi disisi lain, Pesantren sering dinilai kurang berorientasi pada pendidikan keduniawian, terlalu mementingkan orientasi kehidupan ukhrawi. Pesantren dinilai sebagai lembaga pendidikan yang mendidik santri untuk menjadi orang saleh yang idealis, moralis dan kurang berorientasi pada keduniawian, Melihat kenyatanan ini Fuad Hasan menyatakan bahwa :
“Pendidikan Islam umumnya dan Pondok pesantren pada khusunya dianggap sebagai lembaga pendidikan tradisional harus menyesuaikan diri dengan tantangan zamannya. Pesantren sebagai institusi pendidikan dalam islam harus mampu membuka pintunya untuk Sain”

Potensi Pesantren sebagai suatu Lembaga pendidikan Islam di Indonesia cukup besar dan kuat, besar dari segi kuantitas . Menurut catatan Departemen Agama (1982) terdapat 49080 Pesantren di Indonesia dan Jumlah santri 735.417 . Diantara beberapa Pesantren menyelenggararakan pendidikan tingkat Ibtida’iyah, Tsanawiyah dan Aliyah, bahkan sekarang ada beberapa pesantren yang cenderung membuka sekolah sekolah umum seperti SD, SMP dan SMA.
Di Indonesia terdapat dua jenis pondok pesantren jika dilihat dari bentuk penyelengaraanya yaitu Pondok Pesantren Khalafiyah atau Ashriyah dan pondok Pesantren Salafiyah .
Pondok Pesantren Khalafiyah yaitu Pondok yang mengadopsi system pendidikan madrasah atau sekolah, kurikulum yang digunakan disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku, baik tingkat SD/MI, SMP/MTs, SMU/MA yang telah ditetapkan oleh Mentri Agama. Dengan menggunakan Model ini santri lulusan dapat melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi .
Pondok Pesantren Slafiyah yaitu Pondok pesantren yang masih tetap mempertahankan system pendidikan klasik khas pondok pesantren, baik kurikulum dan metodologi pemebelajaranya, materi ajarannya meliputi Ilmu-ilmu agama islam dengan menggunakan Kitab Klasik ( kitab Kuning). Santri lulusan sulit melanjutkan kejenjang berikutnya karena kurang jelas jenjangnya.
Dalam pendidikan pesantren, umum nya materi pelajaran yang diberikan secar intens dan simultan lebih menekankan pada ajaran yang bukan dasar, lebih menyempit lagi diskursus yang sangat berkembang dan yang dianggap penting adalah bidang fiqih semata. Sementara kajian tentang ajaran dasar atau setidaknya ajaran yang dibutuhkan dalam usaha memahami ajaran dasar kurang mendapat perhatian yang serius. Sistem pendidikan yang dibangun dalam rangkaian sejarah telah melahirkan sejumlah jiwa pesantren yang meniscayakan Stadarisasi nilai. Jiwa pesantren terimplikasi dalam panca jiwa pesantren yaitu :
a.Jiwa Keikhlasan
b.Jiwa Kesederhanaan tapi agung
c.Jiwa Ukhuwah Islamiyah
d.Jiwa Kemandirian
e.Jiwa bebas dalam memilih Alternatif jalan hidup masadepan dengan jiwa besar dan optimis .

Sistem penndidikan Pesantren didasari, digerakan, dan diarahkan oleh nilai –nilai kehidupan yang bersumber pada ajaran dasar Islam. Hampir seluruh Pesantren di jawa mengikuti Mazhab Safi’i . Ciri dari Mazhab ini antara lain adalah keterikatannya pada hadis yang sangat tinggi dalam menentukan ijtihad. Implikasnya dalam proses belajar mengajar dipesantren adalah mengandalkan kemapuan mengingat dan menghafal. Buku Buku tasawuf yang menggabungkan fiqih dengan amalan-amalan akhlak merupakan pelajaran utama di pesantren seperti kitab Tasawuf Imam Ghazali : Ihya Ulumuddin, Bidayatul Hidayah, Minhajul abidin dan lain-lain. selain terpengaruh oleh kitab –kitab karya Imam Ghazali, hampir semua pesantren sangat terpengaruh oleh kitab Ta’lim Muta’alim Karya Sekh Az –Zarnuji. Kitab ini menjadi pedoman bagi santri dalam menuntut ilmu di Pesntren.
Mastuhu dalam bukunya Dinamika sitem pendidikan pesantren menyatakan:
“Pesantren memiliki fungsi yang konfrehensif sebagi lembaga pendidikan, sosial dan penyiaran agama yang memilki prinsip prinsip tersendiri yaitu : Theocentric, Sukarela dan mengabdi, Kearifan, Kesederhanaan, Kolektivitas, Mengatur kegiatan bersama, kebebasan terpimpin, Mandiri, Pesantren adalah tempat tempat mencari ilmu dan mengabdi, Mengamalkan ajaran agama, Tanpa ijazah, Restu kyai .

Tantangan yang dihadapi Pesantren semakin lama semakin besar, komplek dan mendesak sebagi akibat meningkatnya kebutuhan pembangunan dan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Tantangan ini menyebabkan terjadinya pergeseran nilai dipesantren, baik menyangkut sumber belajar maupun nilai yang menyangkut pengelolaan pendidikan . Indikator pergeseran itu adalah:
a.Kyai bukan lagi satu-satunya sumber belajar
b.Sudah banyak Pesantren yang menyelenggarakan Pendidikan Formal
c.Santri membutuhkan ijazah dan penguasaan bidang keahlian
d.Di kalangan santri terdapat kecenderungan yang semakin kuat untuk mempelajari sain dan tekhnologi
e.Belajar dengan uang sudah memasuki dunia pesantren

Sudah banyak Pesantren yang mulai membuka dirinya pada Sain dan teknologi, tetapi masih terdapat beberapa Pesantren yang masih bertahan dengan tradisi lama, baik dari segi materi atau pola pembelajarannya. Masih banyak Pondok pesantren yang menutup pintu untuk ilmu pengetahuan dan teknologi dan tidak menganggap itu penting, hal itu terlihat dari mata pelajaran yang wajib dipelajari oleh santri. Diantarnya adalah pondok –pondok Pesantren Salafiyah.

D.Sekolah Sambil Mesantren
Rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia ( SDM) merupakan masalah mendasar yang dapat menghambat pemabangunan dan perkembangan di Indonesia dan menjadi batu sandungan dalam era globalisasi karena eraglobalisasi adalah era persaingan mutu dan kualitas. Jika Indonesia ingin berkiprah dalam percaturan Global, maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah menata SDM baik dari Aspek intelektual, emosional, spiritual, kreativitas, moral maupun tanggungjawabnya.
Penatan SDM perlu diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan melalui sitem pendidikan yang berkualitas, baik pada jalur Formal, non formal, maupun Informal, mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Tetapi ada indicator yang meyatakan bahwa pendidkan belum mampu menghasilkan SDM yang berkualitas Dr. E Mulyasa dalam bukunya Menjadi Kepala sekolah yang Profesional mengidentifikasi indicator kegagalan pendidikan untuk mengahasilkan SDM yang berkualitas dengan indicator sebagi berikut:
1.Masalah tenaga kerja yang terkatung-katung, bahkan tanpa pemecahan yang jelas, hal ini menunjukan betapa dipandang rendahnya SDM Indonesia di Negara lain
2.Banyaknya Isu Teroris, bahkan Indonesia dituduh sarang teroris
3.Hasil analisis berbagai ahli menunjukan bangsa Indonesia merupakan bangsa yang koruptor terdepan didunia
4.Banyak generasi muda, pelajar dan mahasiswa yangdiharapkan menjadi tulang punggungpembengunan, justru menjadi beban pembengunan karena keterlibatannya dengan Narkoba , VCD Porno dan Perjudian
5.Sebagi akumulasi dari kemepatfaktor diatas, ternyata bahwa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara belum tumbuh budaya mutu, malu, kerja, baik dikalangan pemimpin maupun masyarakat

Melihat indicator kegagalan Pendidikan dalam menghadapi era globalisasi tidak terlepas dari keberadan dan kualitas lembaga pendidikan tempat siswa atau santri menuntut ilmu. Masalah tenaga kerja yangtekatung katung lebih disebabkan karena kualitas pendidikan yang rendah di bidang pengetahuan dan tekhnologi, sehingga menghasilkan produk yang tidak mampu mengahadapi dunia kerja yang semakin canggih dan modern. Kegagalan di bidang moral keagamaan juga menimbulkan terjadinya korupsi dan keterlibatan generasi muda pada narkoba. Dan kegagalan dalam mengaplikasikan pemahaman keagamaan menimbul terjadinya terorisme dengan mengatas namakan Agama.
Melihat kenyataa tersebut semakin meyakinkan pentingnya keseimbangan antara pengetahuan umum dan teknologi serta pengetahuan agama dalam dunia pendidikan guna menghasilkan generasi yang siap bersaing di era global dengan moral keagamaan yang mapan.
Kesadaran masyarakat akan pentingnya keseimbangan akan ilmu Agama dan Ilmu pengetahuan serta tekhnologi, mendorong siswa berada pada sisi yang dilematis. Pilihan yang harus diputuskan berhadapan dengan konsekwensi yang cukup dilematis yaitu antara belajar focus pada pendidikan agama, yaitu lewat Pondok Pesantren atau memilih lembaga pendidikan umum yang muatan pendidikan Agamanya sangat terbatas.
Sebenarnya sudah banyak Pondok Pesantren yang membuka pendidikan umum dilingkungannya seperti halnya pondok Pesantren modern, tetapi di wilayah sumberjaya belum terdapat pondok Pesantren yang modern. Semua Pondok Pesantren yang didirikan Lampung Barat Khususnya Kecamatan Sumberjaya masih merupakan Pondok pesantren Salafiyah.
Sebenarnya Pemerintah sudah mulai memberikan solusi guna memasukan unsur pengetahuan umum kePondok pesantren Salafiyah yaitu dengan di munculkannya Program Wajar Dikadas. Dengan tujuan meningkatkan peran pondok Pesantren Salafiyah sebagai lembaga pendidikan Msayarakat, serta membuka kesempatan santri yang ingin melajutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Program Wajar dikdas merupakan kesepakatan antara Mentri Pendidikan Nasional dan Mentri Agama melalui Surat keputusan Bersama ( SKB) Nomor : 1/U/KB/2000 dan Nomor : MA/86/2000 , tentang pondok pesantren Salafiyah sebagi Pola Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan tahun.
Selain itu lembaga pendidikan formal di bawah naungan Departemen Agama memberi muatan agama islam yang cukup seperti MI, MTs, MA tetapi kecenderungan masyarakat untuk memasukan anaknya ke lembaga pendidikan formal umum lebih tinggi, hal ini disebabkan oleh tingkat kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pendidikan tersebut yang dianggap akan menimbulkan kesulitan jika ingin melanjutkan kejenjang berikutnya atau dalam rangka mencari lapangan kerja.
Problematika pentingnya Pendidikan Agama Islam yang diajarkan di pondok pesantren dan tantangan kemajuan teknologi dan pengakuan tentang ijazah, akhirnya memabawa kepada keputusan beberapa kalangan masyarakat untuk memasukan anak-anaknya kedua lembaga secara bersamaan yaitu Sekolah sebagai lembaga pendidikan umum dan Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Agama. Dengan harapan akan memenuhi kualifikasi ilmu pengetahuan dan tekhnologi dengan ijazah yang diakui guna memperoleh lapangan kerja yang memadai dan memilki pengetahuan agama yang mapan agar dapat mendalami ilmu agama islam dengan baik serta mampu mengamalkannya dalam kehidupannya bermasyarakat.
Pilihan untuk menempuh pendidikan formal umum dengan pendidikan agama secara bersamaan merupaka pilihan yang ideal bagi masyarakat yang tidak memiliki pilihan lain guna menyeimbangkan antara pendidikan Agama Islam dan penegetahuan umum serta tekhnologi modern. Pilihan ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh dua jenis penegetahuan yang dibutuhkan untuk kehidupannya didunia dalam rangka mengahadapi kemajuan teknologi dan globalisasi yang semakin berkembang dan pengetahuan agama yang dapat membentengi setiap gerakan hidupnya dengan berlandaskan pada Keimanan dan ketakwaan dengan moral agama.
Sekarang ini umat Islam memerlukan kerangka pikiran yang bersifat menyeluruh dan sistematis sebagai mana ditulis oleh Nurkholis Majid :
Suatu kerangka pikiran (Intellectual framework) yang bersifat meneyeluruh dan sistemetis. Dalam kerangka pikiran itu harus dapat dilihat dengan jelas peta pandangan hidup muslim secara bulat, dan dapat diterangkan hubungan suatu pandangan tertentu dengan keseluruhan konsepsi Islam itu. Dan Alqur’an sebagai sumber ajaran yang tak habis-habinya itu membuka kemungkinan bagi umat islam bagi tersusunnya kerangak pikiran yang menyeluruh

Melihat pernyataan Nucholis Majid maka jelas Bahwa Pendidikan Islam merupakan suatu usaha mempersiapkan muslim agar dapat menghadapi dan dan menjawab tuntutan kehidupan dan perkembangan zaman secara manusiawi . Dan hal tersebut dapat dipenuhi jika berada dalam lembaga pendidikan Formal yang minim dengan pengajaran Agama atau berada dilembaga pendidikan Islam yang menutup diri dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Usaha –usah pendidikan berdasarkan kepentingan anak didik, masyrakat Islam dan umat Islam secara keseluruhan sangat diperlukan. Dengan demikian diperlukan pendekatan yang lebih intelegen terhadap masalah kependidikan masa depan
Tedapat konsep umum yang menyeluruh tentang pendidikan Islam dengan mengintegrasikan nilai-nilai dan ideology Islam kedalam teori-teori ilmu social, kemanusiaan, Filsafat, Sosiologi dan kebijaksanaan ilmu pengetehuan dan tekhnologi. Konsep ini telah diirumnuskan dalam konfrensi Pendidikan Islam Dunia di Jeddah tanggal 31 maret -8 maret 1997 .
Kalau kita kembali meninjau masalah tujuan pendidikan Islam, jelas keseimbangan antara Ilmu pengetahuan dan teknologi harus diseimbangkan dengan pengetahuan agama. Tapi pada fakta dilapangan masih terdapat beberapa lembaga pendidikan yang fokusnya hanya terarah pada satu bidang saja yaitu ilmu pengetahuan umum dan Tekhnologi atau Pendidikan Agama islam, hal ini dapat dilihat dilembaga pendidikan umum dan pensantren khususnya pesantren Slafiyah.
Melihat kenyataan ini banyak masyarakat yang mengambil jalan tengah yaitu dengan memilih lembaga pendidikan umum dan pesantren sekaligus dengan harapan mereka akan memeperoleh keseimbangan antara ilmu penetahuan umum dan lmu pengetahuan agama. Langkah ini dilakukan didorong oleh kesadaran dan keinginan untuk meperoleh anak yang memeliki Ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditandai dengan ijazah guna menghadapi kehidupan Masa depan di era globalisasi dan anak yang memiliki penegethuan agama yang luas hingga mampu mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pilihan ini adalah pilihan yang dianggap paling tepat, tetapi kadang siswa mengalami masalah yang sangat dilematis, diantara masalah yang dihadapi oleh siswa yang sekolah sambil mesantren adalah :
1. Ketidak mampuan mereka untuk membagi waktu untuk menerima pelajaran dari dua lembaga pendidikan dengan jumlah pelajaran yang lebih banyak.
2. Adanya otoritas lembaga dalam menerapkan peraturan sehingga membuat siswa atau santri berada pada posisi yang dilematis, siswa atau santri terpaksa harus memilih salah satu lembaga, Pendidikan Umum atau Pesantren.
3. Belum adannya kerja sama yang simultan antara lembaga pendidikan umum dan pondok pesantren dalam menyikapi siswa yang sekolah sambil mesantren. Hal ini meyebabkan masing masing lembaga menerpakan segala aturannya secara total dan sama kepada seluruh santri tanpa ada pengecualian.
Sekolah sambil mesantren adalah merupakan solusi untuk memperoleh keseimbangan ilmu pengetahuan, tetapi keputusan ini menuai masalah yang disebabkan tidak terjalinnya kerja sama antara dua lembaga yang berbeda. Tidak adanya kerja sama ini lebih besar disebabkan karena eklusivisme lembaga dan belum ada kesadaran bahwa lembaga pendidikan umum dan Pondok pesantren dapat salaing mengisi dan melengkapi guna mencapai tujuan pendidikan Islam yang universal..
E.Kesimpulan
Berdasarkan urian diatas maka dapat disimpulkan hal hal sebagi berikut :
1.Pendidikan adalah kebutuhan mendasar manusia dan merupakan usaha untuk mempersiapkan siswa dalam menghadapi hidupnya dengan mengembangkan potensi yang dimilikinya dan memiliki kekuatan spiritual keagamaan
2.Jika dilihat dari muatan kurikulum yang ada di SMA dan MA Program IPA, IPS, dan Bahasa, dapat kita lihat bahwa alokasi waktu untuk pelajaran agama Islam sangat sedikit yaitu 2 Jam pelajaran perminggu. Kecuali pada program keagamaan. Alokasi waktu ini sangat tidak memadai untuk memahami Agama Islam yang demikian luas dan universal
3.Sudah banyak Pesantren yang mulai membuka dirinya pada Sain dan teknologi, tetapi masih terdapat beberapa Pesantren yang masih bertahan dengan tradisi lama, baik dari segi materi atau pola pembelajarannya. Masih banyak Pondok pesantren yang menutup pintu untuk ilmu pengetahuan dan teknologi dan tidak menganggap itu penting, hal itu terlihat dari mata pelajaran yang wajib dipelajari oleh santri. Diantarnya adalah pondok –pondok Pesantren Salafiyah.
4.Melihat indicator kegagalan Pendidikan dalam menghadapi era globalisasi tidak terlepas dari keberadan dan kualitas lembaga pendidikan tempat siswa atau santri menuntut ilmu. Masalah tenaga kerja yangtekatung katung lebih disebabkan karena kualitas pendidikan yang rendah di bidang pengetahuan dan tekhnologi, sehingga menghasilkan produk yang tidak mampu mengahadapi dunia kerja yang semakin canggih dan modern. Kegagalan di bidang moral keagamaan juga menimbulkan terjadinya korupsi dan keterlibatan generasi muda pada narkoba. Dan kegagalan dalam mengaplikasikan pemahaman keagamaan menimbul terjadinya terorisme dengan mengatas namakan Agama.
5.Sekolah sambil mesantren adalah merupakan solusi untuk memperoleh keseimbangan ilmu pengetahuan, tetapi keputusan ini menuai masalah yang disebabkan tidak terjalinnya kerja sama antara dua lembaga yang berbeda. Tidak adanya kerja sama ini lebih besar disebabkan karena eklusivisme lembaga dan belum ada kesadaran bahwa lembaga pendidikan umum dan Pondok pesantren dapat salaing mengisi dan melengkapi guna mencapai tujuan pendidikan Islam yang universal..
»»  read more
Design by Aden Visit Original Post Ponpes Al-ishalhul Ma'arif Kediri Lobar NTB